Pengertian Lakon dalam Drama atau Film di Indonesia

Selamat datang kembali teman-teman semua di Blog Wawasan Kok, apakah anda semua sehat? Pastinya sehat ya, karena yang mengunjungi Blog ini pasti orang nya baik-baik dan suka membaca wawasan atau menambah ilmu. Mari kita mulai Yuk Wawasan di artikel hari ini adalah Pengertian Lakon dalam Drama atau Film di Indonesia.

Lakon
Kata lakon sama halnya dengan istilah 'ngalakon-boga lalakon' (dalam, Bahasa Sunda), atau 'lelakon' (dalan, Bahasa Jawa) artinya melakukan, melakoni peran atau memerankan tokoh cerita dengan berkata-kata (verbal) atau tanpa berkata-kata (non-verbal) diatas pentas.

Kedudukan lakon dalam pementasan teater merupakan nyawa, nafas atau ruh dalam menjalin hubungan atau membangun susunan (struktur) cerita melalui penokohan atau peran yang dibawakan seorang atau lebih pemeran.


Lakon dalam pemetasan teater adalah hasil karya kolektif masyarakat, seniman dan atau sastrawan yang diwujudkandalam bentuk naskah lakon dengan cara ditulis atau tidak tertulis (leluri). Lakon di mata seniman atau kreator seni teater merupakan bahan baku atau sumber ide, gagasan dalam menyampaikan pesan estetis (bentuk atau wujud pementasan) dan pesan moral (makna kehidupan) melalui kreativitas pementasan seni teater.

Lakon dalam pementasan teater tradisional (teater rakyat dan teater istana) di kita (baca, Indonesia), memiliki ciri tidak menggunakan naskah tertulis bersifat baku sebagaimana lakon pada teater non tradisional.

Lakon dalam pementasan teater merupakan pelengkap pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya. Hamid, mengungkapkan bahwa "Lakon atau cerita ini biasanya tanpa naskah tertulis sedang dialog berkembang (mekar) secara spontan.

Kadang jalan cerita lakon berkembang dalam pementasannya sendiri. Artinya tanpa penaskahan. hanya alur dan karakter tokok lakon yang ditentukan lebih dulu kepada para pemainnya.

Lebih lanjut menurut Sembung, umumnya cerita-cerita berasal dari cerita-cerita rakyat yang berbau sejarah. Sebagai manifestasi kehidupan mereka sehari-hari. Temanya berkisar pada kehidupan rumah tangga, kriminakitas, kekejaman, dan kemalangan, serta kelakuan-kelakuan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Adakalanya lakon teater mengambil dari kejadian tahun 1918 di Balendung ketika membuat induk irigasi Walagar. Contoh-contoh lakon dalam Topeng Banjet dapat dilihat dalam berbagai topik. Contoh topik kriminalitas adalah cerita tentang si Radon, seorang jawara yang suka memamerkan kejawaraannya  dan suka memeras orang lain, tetapi akhirnya ia terbutuh karena ulahnya sendiri melalui tangan teman seperguruannya yang bernama Camang.

Dengan demikan bahwa cerita-cerita teater rakyat dapat digolongkan pada cerita melodramatik ataupun cerita komikal, peristiwa-peristiwanya disusun membangkitkan kesadaran ide atau moral yang dapat dipakai baik dalam rumah tangga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara baik.

Contoh premis yang biasa terdapat pada cerita Topeng Banjet adalah:

  • Kegegabahan dalam bertindak akan menimbulkan penderitaan.
  • Yang jahat akhirnya menemui nasib yang mengenaskan.

Naskah lakon pada teater tradisional dituangkan dalam bentuk bedrip atau bagal berita atau laon bersifat garis besar dari adegan lakon ayng akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam (desik), kisah gambaran kehidupan sehari-hari, sejarah , legenda, babad, eops, dst. Yang mengakar, tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat pemiliknya.

Sumber-sumber cerita atau naskah lakon dapat kamu peroleh melalui: cerita-cerita fiksi, cerita sejarah, cerita-cerita daerah Nusantara atau cerita sejarah, cerita-cerita daerah Nusantara atau cerita daerah setempat lebih khususnya. Sumber lakon teater remaja dengan sarat nilai pendidikan terdapat kisah 1001 malam (Lampu aladin, Ratu Balqis, Sang Penyamun, dst.

Selanjutnya, untuk contoh lakon teater tradisional lainnya dapat kamu tanya pada grup atau kelompok seni teaater yang masih bertahan atau cari beberapa sumber melalui media.

Pada hakekatnya lakon teater adalah tentang kehidupan. Artinya, nilai-nilai kehidupan menjadi sumber ide dan gagasan dalam penyusunan atau penulisan lakon atau cerita. Di dalam lakon atau kisah pada intinya selalu mengandung unsur konflik. Karena dengan adanya knfik berupa pertentang yang dialami pelaku, pemain atau tokoh di dalam cerita akan mengalir dan berkembang.

Konflik cerita dalam lakon dapat dibangun dengan terjadinya pertentangan tokoh utama (protagonis) dan tokon lawan (antagonis) atau bisa terjadinya tokoh utama dengan dirinya sendiri (intern conflict), seperti memilik keyakinan atau kejiwaan yang dihadapi.

Konflik cerita pun dapat terjadi apabila tokoh utama mengalami pertentangan dengan lingkungan (extern conflict), yakni merubah suatu kebiasaan atau masyarakat adat yang dapat menimbulkan musibah, wabah seperti penyakit, banjir dan bencana lain yang ditimbulkan akibat pengaruh alam dan lingkungan masyarakat.

Apabila lakon dihadirkan atau dibuat dengan tidak memperhatikan kaidah dan hakekat dramatic yakti mengesampingkan konflik, maka cerita akan terasa monoton atau datar dan membosankan. Apabila terjadi, hal ini merupakan kesalahan awal yang fatal bagi penggarap dan pasti tidak akan berhasil menciptakan tontonan yang baik dan bermutu. 

Jadi berpandai-pandailah memilih lakon atau kisah yang dapat mendorong cerita berkembang dalam laku dramatic dan struktur lakon yang tersusun serta memuncak.

Konflik cerita dapat dibangun dengan menghadirkan beberapa pola, diantaranya : Pola perubahan, Pola kejayaan, dan keruntuhan, Pola kekalahan dan kemenangan, pola penderitaan dan kebahagian, pola penindasan dan kemerdekaan dan lainnya yang dialami tooh ulama dalam menggulirkan kisah atau cerita yang berujung apakah happy ending atau tragis kematian.

Konflik cerita pun dapat juga dibangun dengan menghadirkan tiga uunsur utama : Pioma (itikad tokoh utama), Mathema (adanya hambatan tokok lain atau sumber lain) dan Pathema (dampak atau hasil kemenangan yang tragis).

Lakon yang baik, tidak lepas dari beberapa pertimbangan, antara lain : Kejelian memilih lakon sesuaiusia dan perkembangan peserta didik, memiliki daya tarik tematik, memiliki waktu yang cukup dalam penyiapan materi pementasan, lakon yang dibawakan menjadi wahana dan sarana pendidikan dalam berbagi pengalaman dengan positif dan bersama.

Jadi itulah Pernyataan dari Wawasan Kok hari ini, semoga anda bisa mencermati semua wawasan di artikel ini, Selalu berdoa dan berusaha agar sukses dan menjadi orang baik ya teman-teman.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Lakon dalam Drama atau Film di Indonesia"

Post a Comment