Kerajaan Islam di Sumatra
Sejak awal kedatangan Islam, Pulau Sumatra termasuk daerah pertama dan terpenting dalam pengembangan agama islam di Indonesia. Dikatakan demikian mengingat letak Sumatra yang strategis dan berhadapan langsung dengn jalur perdagangan dunia, yakni Selat Malaka.
Berdasarkan catatan Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) dikatakan bahwa di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat Sumatra terdapat banyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun yang kecil.
Sumber Gambar : https://static.viva.co.id/thumbs3/2016/11/16/582c017cba723-empat-peninggalan-menarik-kerajaan-samudra-pasai_665_374.jpg
Di antara kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Aceh, Biar dan Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongkal, Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan Barus. Menurut Tome Pires, kerajaan-kerajaan tersebut ada yang sedang mengalami pertumbuhan, ada pula yang sedang mengalami perkembangan, dan ada pula yang sedang mengalami keruntuhannya.
a. Samudra Pasai
Samudra Pasai diperkirakan tumbuh berkembang antara 1270 hingga 1275, atau pertengahan abad ke-13, Kerajaan ini terletak lebih kurang 15 km di sebelah timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, dengan sultan pertamanya bernama Sultan Malik as-Shaleh (wafat tahun 696 H atau 1297 M). Dalam kitab Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai diceritakan bahwa Sultan Malik as-Shaleh sebelumya hanya seorang kepala Gampong Samudra bernama Marah Silu.
Setelah menganut agama Islam kemudian berganti nama dengan Malik as-Shaleh. Berikut ini merupakan urutan para raja-raja yang memerintah di Kesultanan Samudra Pasai:
1. Sultan Malik as-Shaleh (696 H/1297 M)
2. Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326)
3. Sultan Mahmud Malik Zahir (+- 1346-1383)
4. Sultan Zainal Abidin Malik Zahir (1383-1405)
5. Sultanah Nahrisyah (1405-1412)
6. Abu Zain Malik Zahir (1412)
7. Mahmud Malik Zahir (1513-1524).
Nama sultan yang disebut terdapat dalam sumber Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai. Nama-nama itu, kecuali nama Sultan Malik as-Shaleh juga terdapat dalam mata uang emas yang disebut dengan dirham.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shaleh, Kerajaan Pasai mempunyai hubungan dengan negara Cina. Seperti yang disebutkan dalam sumber sejarah Dinasti Yuan, pada 1282 duta Cina bertemu dengan Menteri Kerajaan Sumatra di Quilan yang meminta agar Raja Sumatra mengirimkan dutanya ke Cina. Pada tahun itu pula disebutkan bahwa kerajaan Sumatra mengirimkan dutanya yanng bernama Sulaiman dan Syamsuddin.
Menurut Tome Pires, Kesultanan Samudra Pasai mencapai puncaknya pada awal abad ke-16. Kesultanan itu mengalami kemajuan di berbagai bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, pemerintahan, keagamaan, dan terutama ekonomi perdangangan.
Diceritakan pula bahwa Kesultanan Samudra Pasai selalu mengadakan hubungan persahabatan dengan Malaka, bahkan hubungan persahabatan itu diperkuat dengan perkawinan. Para pedagang yang pernah mengunjungi Pasai berasal dari berbagai negara seperti, Rumi, Turki, Arab, Persia (Iran), Gujarat, Keling, Bengal, Melayu, Jawa, Siam, Kedah dan Pegu.
Sementara barang komoditas yang diperdagangan adalah Lada, sutera, dan kapur barus. Di samping komoditas itu sebagai penghasil pendapatan Kesultanan Samudra Pasai, juga diperoleh pendapat dari pajak yang dipungut dari pajak barang ekspor dan impor. Dalam sumber-sumber sejarah juga dijelaskan bahwa Kesultanan Samudra Pasai telah menggunakan mata uang seperti yang kecil yang disebut dengan ceitis.
Uang kecil itu ada yang terbuat dari emas dan ada pula yang terbuat dari dramas. Dalam bidang keagamaan, ibnu batuta menjelaskan bahwa Kesultanan Samudra Pasai juga dikunjungi oleh para ulama dari Persia, Suriah (Syria), dan Isfahan. Dalam catatan Ibnu Batuta disebutkan bahwa Sultan Samudra Pasai sangat taat terhadap agama Islam yang bermazhab Syafi'i. Sultan selalu dikelilingi oleh para ahli teologi islam.
Kesultanan Samudra Pasai mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Malaka menjadi kerajaan yang bercorak Islam karena amat erat hubungannya dengan Kerajaan Samudra Pasai. Hubungantersebut semakin erat dengan diadakannya pernikahan antara putra-putri sultan dari Pasai dan Malaka sehingga pada awal abad- 15 atau sekitar 1414 M tumbuhlan Kesultanan Islam Malaka, yang dimulai dengan pemerintahan Parameswara.
Dalam Hikayat Patani terdapat cerita tentang pengislaman Raja Patani yang beranama Paya Tu Nakpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang bernama Syaikh Sa'id, karena berhasil menyembuhkan raja Patani .Setelah masuk Islam, raja berganti nama menjadi Sultan Isma'il Syah Zill Allah fi=Alam dan juga ketiga orang putra dan putrinya yaitu Sultan Mudaffar Syah, Siti Aisyah, dan Sultan Mansyur.
Pada masa pemerintahan Sultan Mudaffar Syah juga datang lagi seorang ulama dari Pasai yang bernama Syaikh Safi'uddin yang atas perintah raja ia mendirikan masjid untuk orang-orang Muslim di Patani. Demikian pula jenis nisan kubur yang disebut Batu Aceh menjadi nisan kubur raja-raja di Patani, Malaka dan Malaysia.
Pada umumnya nisan kubur tersebut berbentuk menyerupai nisan kubur Sultan Malik as-Shaleh dan nisan-nisan kubur dari sebelum abad ke- 17. Dilihat dari kesamaan jenis baru serta cara penulisan dan huruf-huruf bahkan dengan cara pengisian ayat-ayat al-Qur'an dan nuansa kesufiannya, jelas Samudra Pasai mempunyai peranan penting dalam persebaran Islam dibeberapa tempat di Asia Tenggara dan demikian pula di bidang perekenommian dan perdagangan.
Namun, sejak Portugis menguasai Malaka pada 1511 dan meluaskan kekuasaannya, maka Kerajaan Islam Samudra Pasai mulai dikuasai sejak 1521. Kemudian Kerajaan Aceh Darussalam dibawah pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah lebih berhasil menguasai Samudra Pasai.
Kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di pesisir seperti Aru, Kedir, dan lainnya lambat laun berada dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Aceh Darusslam yang sejak abad ke- 16 makin mengalami perkembangan politik, ekonomi-perdagangan, kebudayaan dan keagamaan.
Jadi itulah Pernyataan dari Wawasan Kok hari ini, semoga anda bisa mencermati semua wawasan di artikel ini, Selalu berdoa dan berusaha agar sukses dan menjadi orang baik ya teman-teman.
0 Response to "Samudra Pasai, Kerajaan Islam yang ada di Sumatra"
Post a Comment